Senin, 04 April 2016

Dinamika cinta pertama

Riwayat,seorang gadis yang menunggu datangnya cinta pertama,bertekuk penasaran atas seberapa ringan derita yang terjadi dan seberapa berat tinjauan rasa tentram. Ditengah hidup,ia bertemu pada jiwa yang dirasa tepat untuk dititipkannya hati serta cinta. Perjalanan terus berlalu,bertahun-tahun mengenai kisah yang terus berlanjut. Baginya,kisah cinta pertama sangat indah dan tak dapat dihapus oleh kata lupa. Suatu waktu,mereka menjumpai masalah hebat,tak bisa ditemukan jalan keluar,tak dapat diasingkan dari pertengkaran. Lelaki itu meninggalkannya,sebabnya adalah salah paham. Setelah ditelisik lama,lelaki itu memiliki wanita pujaan lain. Setelah dipelajari,cinta memang tak selalu bermotif bahagia. Sakit yang ditimpa,tak pernah diperkirakannya. Ia mencoba bertahan,menangisi kejadian tragis pada cinta pertamanya. Tak dapat disalahkan untuk apa ia menangis. Rasa menjadi dasar,semangat dan rindu menjadi tumpuan. Suatu waktu,tibalah pria yang berbaik hati,hampir merebut hatinya. Mungkin ia keras kepala,selalu menuruti kata hati yang tak pernah mengenal lampu merah. Logikanya menentang,"sudah dengan ia saja,ia mungkin yang baik,dan lebih baik dibanding lelaki yang pernah kau kenal". Meski begitu,kata hati memaksanya bertahan,"Hey,jadi untuk apa penantianmu selama ini?". Mungkin kali ini,pilihannya bertuju pada apa yang dikatakan hati. Nada lara ironi telah dilalui,dilewati. Tetap,baginya cerita cinta pertama belum usai. Penantian panjang,cukup panjang hanya sekedar membuang air mata berhari hari. Meski kata ikhlas telah terpancar darinya,namun hatinya belum dapat mengikhlaskan. Doanya,ia habiskan untuk lelaki itu. Menahan rasa sesakit ini,melihatnya bersama wanita lain,ia tak pernah mencaci cinta pertamanya. Hingga pada suatu musim di peradaban,lelaki beserta perempuan itu datang ke rumahnya. Membawa sekuntum bunga segar,beserta sekotak coklat. Tentu dibukakan pintu,ia kira hanya tamu biasa,rasa terkejut merayap. Beberapa patah kalimat diucap lelaki itu,"Hai,sudah lama tidak bertemu,kenalkan,sepupuku. Selama ini,aku hanya mencoba untuk mengujimu,seberapa setia kah kau?. Seberapa besar cintamu?". Berbincang lama dalam menjelaskan hal diatas ketidak mungkinan ini,ternyata kata hati selalu benar,jalan nalar logika tak sehebat prediksi kata hati. Cinta pertama memang indah,meskipun penuh drama serta kejadian diluar akal sehat. Urusan hati yang tersakiti,pikir ulang,semua hal memiliki masing-masing resiko. Mungkin sejak awal,ia tak pernah berpikir,bahwa cinta pertamanya adalah cinta terakhirnya pula.