Terkubur antara ceruk-ceruk Bengawan Solo.
Teralir pada tepas kota Ngawi.
Ku temui jejak awal hidup.
Tempat berhimpunnya rangka membatu.
Terbingkai dalam meja display musium Trinil
Berjajar penuh misteri.
Terlampau beberapa lama,
Seluk beluk ini disembunyikan.
Diam bersama beribu sejarah.
Terkapar harmonis diatas bongkahan.
Bersemayam kaku,
Menolak ragu.
Melukiskn geram masa lampau.
Globalisasi berseru,
Nafsu peralihan mengubah zaman.
Membius keadaan,menjadi keantabrantaan.
Telapak ini bergelayut karam,
Menyentuh batas benda kusam.
Berahu katup mata membelalak,
Terpetakan penjuru lampau.
Mencekik kerling bulu kuduk.
Daya pikir mengembara,
Lubuk imajinsi tak dapat dikembala.
Berkujur ricuh segala asumsi.
Dapat kuperkirakan ketertatihan yang merana.
Menjelajah padang hening,
Berdesah akan jalannya waktu.
Jika diizinkan,
Mesin waktu yang kupakai.
Kata revolusi dapat diungkap,
Arungan tegas khalayak purba.
Segegas apa terjalin lama.
Semu tak terprediksi.
Layak tanda tanya tak berterus terang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar